Untar, im coming...
Dalam busway, siaran radio membahas tentang peletakan patung Obama kecil di Taman Menteng, ternyata banyak yang tidak suka sebab mentang2 sekarang presiden, Obama yang hanya beberapa tahun sekolah di Indonesia saja dipasang patungnya, sedangkan pahlawan kita yang mempertaruhkan nyawanya berjuang demi kemerdekaan kita tidak dibuatkan patung. Euphoria norak macam ini nih yang ga penting, orang lain yg jadi presiden, kita yang sibuk. Pentingkah?
Dosen pertama saya sedikit mirip sang Ketua KPK yang terjerat kasus itu, dengan rambut sedikit lebih gondrong. Suara lantang tanpa microphone dan khasnya, "Iya, toh?"
Beliau menceritakan banyak pengetahuannya pada kami dikemas dengan joke sehingga saya mudah mengerti dan mengingatnya, hasilnya ya saya bisa menuliskannya di blog ini. Kalau dosen yang terlalu serius, boro-boro ingat untuk ditulis di blog, begitu bubar kelas juga saya sudah lupa lagi. Haha.
Jadi mata kuliah yang beliau handle adalah Periklanan I. Titik beratnya ada pada Branding dan Promotion.
Iklan dibuat karena ada brand yang ingin dikenalkan, diaktifkan dan dikembangkan. Sedangkan hidup kita ini tidak lepas dari brand. Survey di USA menyatakan setiap harinya kita berhadapan dengan 7.000 brand. Mulai dari bangun tidur, kamar mandi, hingga kita tidur malam lagi. Sayangnya, Indonesia yang kaya akan komoditi tidak bisa sedikit jeli, hingga kita tidak memiliki brand!
Ilustrasi saja, kopi tersedap dan terenak (menurut seorang pengusaha yang kerap singgah di banyak negara dan cinta kopi) adalah kopi Indonesia. Namun ia tak dapat menemukan satu pun brand kopi Made in Indonesia di luar Indonesia. Sementara, Indonesia menjual kopi sebagai komoditi ekspor, katakanlah ke USA, berkarung-karung. Yang namanya pakai karung, tentu saja tidak ada merknya. Nah, USA karena kepintarannya, mereka mengemas ulang, mendesain konsep untuk coffee shop dan akhirnya meraup keuntungan luar biasa hingga ke seluruh dunia.
Sementara itu, di USA dihasilkan 60 brand/produk baru tiap harinya, walaupun dalam 1-3 bulan mungkin brand itu mati sama sekali. Namun justru itulah cara USA untuk mempertahankan brandnya yang sudah mendunia.
Trik yang digunakan USA dalam menciptakan brand terkadang berbau regional atau bahkan nasional. Coba dipikir, kita mengenal pizza bukan dari orang Italia (timbul hasrat makan pizza denga topping jamur dan paprika melimpah, somebody, saya mau pizza ituuu), namun dari Pizza Hut ciptaan USA. Cara inilah yang ditiru RRC untuk membujuk ibu2 rumah tangga USA untuk membeli produk eletronik mereka, yang diberi brand Haier (tidakkah terdengar agak keGerman-Germanan?)
Juga, beliau menceritakan tentang The Golden Arches---jembatan perdamaian dunia. Teori ini sungguh mengocok perut saya. Mungkin bila Anda membaca ini Anda tidak tertawa, bahkan senyum pun hanya sedikit tersungging di ujung bibir Anda, namun percayalah, pembawaan yang menarik dari sang dosen sungguh berpengaruh besar!
Sedikit info, dikatakan, apa yang akan terlintas di benak Anda bila saya bilang fried chicken? Bila Anda nitip pembantu Anda, "Mbak, tolong beliin fried chicken ya.." dan "Mbak, tolong beliin ayam goreng ya..". Kira2 hasilnya seperti apa ya?
Tentunya untuk rekues Anda yang pertama, mbak akan membawa pulang ayam goreng tepung kriuk kriuk, walaupun bukan yang bermerk, tetapi fred ciken yang di pinggir jalan yang didorong dengan gerobak. Tapi untuk rekues kedua, mungkin mbak Anda membawa pulang ayam kalasan, atau ayam goreng kecap, atau apalah.
Itulah hebatnya orang USA, menciptakan branding hingga melekat begitu. Bahwa fried chicken adalah ayam yang digulingkan di tepung lalu digoreng hingga crispy.
Nah, menurut suatu teori, negara yang sudah punya jembatan ini di kota besarnya tidak akan saling berperang, dan teori itu terbukti benar hingga sekarang. Cina dan Taiwan tidak akan perang sebab Beijing dan Taipei sudah dibangun jembatan ini. Bahkan kata dosen saya ini, USA menyerang Saddam Husein bukan karena diperkirakan adanya senjata nuklir atau apalah itu, saya lupa, sebab senjata itu hingga kini belum terbukti keberadaannya, alasan sebenarnya adalah krn d sana tidak ada jembatan yang dimaksud. (oke, yang ini kami agak meragukannya, hingga 1 teman saya nyeletuk, bener thu pak?? Dan sang dosen mengiyakan)
Inilah jembatan perdamaian itu, The Golden Arches. Percaya ga percaya deh. Saya sendiri masih ragu c.

Che-sa ini saya berkunjung ke rumah Sa-i dan Lau i. biasa, kue bertebaran di mana-mana dan siapa c yang bisa menolak godaan mautnya? Saya tergoda.